• RSS
  • Twitter
  • Linkedin

Tuesday, January 26, 2010

penyesalan

ya Allah...
tolong donk...
bantuin akuuu...
aku butuh pertolongan-Mu...
tolong...
buat dia mau mengampuni semua salahku...
hiks...
kan aku nggak sengaja...

Friday, January 22, 2010

ini laah... akuuuuuuuuuuuu...

Sunday, January 17, 2010

sahabat itu mutiara

Seeya adalah seorang siswa kelas 9 SMP N 10 Jakarta. Sifat Seeya yang lebih senang menyendiri membuat ia dinilai sombong, sensitif, dan jutek oleh teman-temannya, sehingga ia dijuluki sebagai Miss. Jutek.
Suatu hari saat anak-anak sudah pulang, Seeya masih duduk termenung di bangku kelasnya. Kelas itu begitu sepi, sehingga Seeya bisa bebas menumpahkan seluruh perasaannya tanpa ada seorangpun yang tahu. Saat itu, sinar matahari yang sangat terik sampai menembus kaca kelas setia menemaninya.
Seeya : ( menerawang ke atas ) Uhh…kenapa sih hidup ini begitu kejam? Tidak ada seorangpun yang menyayangi dan mencintaiku. Ayah dan ibu juga begitu. Mereka selalu sibuk dan tidak pernah memberikan waktu untukku!!!
Sudah cukup lama Seeya berada di tempat itu. Tiba-tiba, Handphone-nya berdering. Ternyata ada telepon dari Ayahnya.
Seyaa : ( mengangkat telepon ) ya, Yah. Sebentar lagi aku pulang!
Seeya : ( mengeluh ) Ngapain juga sih, Ayah nyuruh aku pulang!

* * *
Keesokan harinya, di sekolah. Hari ini adalah hari bebas. Tapi entah kenapa Seeya merasa bosan dan terlihat lesu sekali. Mungkin itu karena semalam ia tidur terlalu malam.

Alika : ( memegang bahu Seeya ) Hey, Seeya? Kok kamu kelihatan lesu banget? Padahal sekarang kan hari bebas.
Seeya : Bukan urusanmu!
Alika : ( menggeleng kepala )
Lea : Alika... Alika… ngapain juga loe mau jadi temennya miss. Jutek! Dia itu kan psikopat! Hahaha… ya ngga Guyz?
Lea cs : Otomatis !!!
Rhea : Yo-i… Seeya kan punya kepribadian ganda! Ya kan?
Alika : ( berdiri ) cukup! Itu bukan urusan kalian!
Seeya : ( tersenyum sinis dan meninggalkan kelas )
Alika : ( memegang tangan Seeya ) Tunggu Seeya!
Seeya : Apa lagi sih? Kamu juga mau bilang kalau aku itu psikopat, hah? Silakan, aku ngga akan marah kok!
Alika : ( melepaskan tangannya ) Aku Cuma ingin kamu ngga sedih. Apa kita ngga bisa jadi teman?
Richi : Jadi teman miss. Jutek?! Ngga salah tuh, Ka? Makan kacang aja loe!
Sam : ( berdiri dan bersedekap ) Mungkin Alika udah gila ya? Mau jadi temennya miss. Jutek!
Seeya : Kalian bisa diam ngga sih?
Richi & Sam : Ngga!!!
Alika : Sudahlah! Richi, Sam, jangan bikin Seeya marah lagi!
Rhea : ( mengutak-atik ballpoint ) Biasa aja deh ! ngga usah sok sensitif gitu! ( membanting ballpoint ) Dasar cewe aneh!
Lea : Ya tuh… Seeya emang monster yang ngga karuan. Udah sombong, sensitif lagi! Ya ngga Guyz??
Lea cs : Otomatis!!!
Tidak kuat mendengar kalimat-kalimat yang memojokkan dirinya, tanpa pikir panjang Seeya melenggang keluar kelas dan pergi ke taman.
Sementara itu, di kelas Alika sedang sibuk mengerjakan PR-nya saat Tom, Richi, Lea, dan Rhea sedang merencanakan sesuatu.

Lea : Sam!!!
Sam : Ada apa?
Lea : Alika lagi ngapain tuh?
Sam : ( melihat ke arah Alika ) ngga tau.
Lea : Kita kerjain dia yuk?
Rhea : Eh…eh… lagi pada ngomongin apa sih?
Lea : Telat loe!!!
Rhea : ( menggaruk kepala ) Ya… maklum lah… aku lagi sibuk nih.
Richi : Rhea… biasa lah! Lea mau ngerjain si culun itu.
Rhea : Siapa? Alika?
Richi : Ya…
Lea : Kira-kira apa ya, yang bisa bikin Alika nangis?
Sam : Tampar aja! Kan seru.
Richi : Emm…gimana kalau kita tarik kerudungnya?
Lea : Owh… itu pelecehan seksual tahu… mending kita rebut dan kita umpetin aja tuh PR-nya si culun!
Rhea : Terserah kalian deh. Gue sih ikut-ikut aja. Tapi loe serius mau nglakuin itu?
Lea : Ya jelas lah!
Richi : Keren! Tapi, apa ngga terlalu kejam tuh?
Sam : Cuma ngumpetin aja kan ngga bunuh dia?!
Merekapun segera merebut PR yang sedang Alika kerjakan. Alika berusaha merebut kembali, tapi tak berhasil. Buku itu terlanjur dipegang dan langsung dimasukkan ke loker dan dikunci. Tak lama kemudian Seeya datang.
Lea : ( menyenggol Tom ) eh…eh…diam…Ada miss. Jutek tuh!
Seeya : Uh… ngapain loe lihat-lihat?
Rhea : Wess…jutek banget sih?
Seeya : Biarin. Mau jutek mau ngga itu bukan urusan loe! Yang penting ngga penting.
Hari ini PR harus dikumpulkan. Seeya ditugasi oleh gurunya untuk mengumpulkan PR di kelasnya.
Seeya : ( ke bangku Alika ) Mana PRmu?
Lea dan Rhea : ( tertawa )
Alika : Lea! Mana PRku?
Lea : PR? Mana kutahu!
Seeya : Cepetan mana PRnya?
Alika : Tadi Lea ngambil PRku.
Lea : Apa-apaan tuh? Asal nuduh, enak aja!
Alika : Astaga! Aku ngga fitnah kamu! Beneran deh!
Rhea : ( berdiri ) Ya ampun… kalau udah fintah orang, mana ada yang mau ngaku?!
Seeya : ( merapikan buku ) Ya udah deh, kalau emang ngga ada, kamu kumpulin besok aja…
Lea : Tumben! Miss. Jutek sabar banget.
Seeya : Kalian tuh bisa ngga sih sehari aja ngga ngejek gue?
Richi : Kayanya ngga bisa deh.
Sam : Eh, dari pada bertengkar, mending loe kumpulin aja tuh PRnya!
Richi : Okey ???
Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Semua anak di kelas berhamburan keluar, kecuali Alika, melihat Alika yang sedang sedih Seeya mendekat ke bangku Alika.
Seeya : Apa kamu masih sedih?
Alika : (terkejut) Hah!
Seeya : Kenapa? Kaget lihat gue?
Alika : Ngga kok. Aku cuma heran aja lihat kamu mau ngobrol sama aku.
Seeya : Heran? Emang gue nakutin apa?
Alika : Ya ngga sih. Cuma…
Seeya : Jutek? Kalau itu sih udah biasa. Al, apa kamu pernah merasa kesepian?
Alika : Pernah. Tapi, menurutku sih itu biasa aja. Karena, setiap orang kan pernah merasa kesepian. Kenapa kamu tanya kayak gitu?
Seeya : Ngga apa-apa. Gue cuma tanya aja. Al, apa kamu mau jadi temenku?
Alika : Serius?
Seeya : ( Menganggukkan kepala )
Alika : Baiklah! Mulai sekarang kita jadi teman. Okey?
Seeya : Okey…
Sejak saat itu, mereka berdua berteman. Entah apa yang menyebabkan Seeya mau berteman dengan Alika. Tapi, mulai saat itu Seeya merasa tidak kesepian lagi. Senyum dan tawa selalu terpancar dari wajahnya, terdengar di kelas dan mengisi keheningan. Tapi, tak lama kemudian Lea, Rhea, Sam, dan Richi menghampiri mereka.
Richi : Wow…tumben banget loe main bareng sama Seeya?
Seeya : Emang salah?
Lea : S-A-L-A-H. Salah… ngerti?
Seeya : ( berdiri ) emang loe siapa? Loe bukan siapa-siapa gue kan? Kalau salahpun, itu bukan urusan loe!
Rhea : Idih… jutek amat sih!!!
Seeya : ( kembali duduk ) Biarin. Bukan urusan loe!
Rhea : Eh, loe tuh manusia apa bukan sih?
Seeya hanya terdiam. Sementara itu Alika sibuk dengan bekal makan siangnya yang dia bawa dari rumah.
Lea dan yang lain kembali ke bangku Lea. Seperti biasa. Untuk mengobrol.
Lea : Sam, Rhey, lihat tuh si culun!
Sam : Huuh… aneh banget ya, udah gede masih bawa bekal.
Richi : Cape deh… kaya anak kecil aja.
Rhea : ( berbisik ) Kita kerjain dia lagi yuk?
Sam : Jangan dulu deh! Ngga seru kalau kita kerjain dia sekarang.
Lea : Kenapa ngga seru?
Sam : Soalnya ada Seeya.
Richi : Ya juga ya. Ntar kalau Seeya tahu kita ngerjain Alika, bisa ngamuk dia. Ntar mukanya tambah ngga karuan. Hehehe…
Rhea : ( memegang kepala ) justru itu yang bikin seru. Reaksinya Seeya itulah yang kita tunggu-tunggu.
Lea : Udah lah, dari pada bingung, mending ke kantin lagi aja. Gue laper nih.
Richi : Ya udah lah. Kita pikirin itu nanti. Eh, Lea traktir gue ya… uang gue abis nih…
Sam : Gue juga ya…
Rhea : Kalian mau pada kemana?
Lea : Kantin.
Rhea : Gue ikut ya. Tapi, ngerjain si culun kapan?
Lea : Tahun depan!!!
Rhea : Serius nih?
Richi : Udah jangan ribut lagi. Gue pusing liat kalian ribut terus.
Hari bebas memang sangat menyenangkan bagi Lea cs. Karena, mereka berempat bisa bebas ke kantin, bebas dari pelajaran. Tapi, menurut Seeya hari bebas adalah hari yang membuat ia selalu kesepian. Setiap hari bebas ia selalu mendapat kesialan.
Melihat Alika yang sibuk dengan bekalnya, mengingatkan Seeya akan kedua orang tuanya. Alika yang heran melihat Seeya melamun, langsung menawarkan bekalnya pada Seeya.

Alika : ( menunjukan isi bekal ) kamu mau ini?
Seeya : Ngga ah, makasih. Gue dah kenyang kok.
alika : Beneran?
Seeya : Bener. Apa yang buat bekal itu ibumu?
Alika : Ya… emm setiap pagi ibuku selalu membuat bekal untuk aku. Padahal aku paling benci bawa bekal. Tapi, mau ngga mau aku harus bawa.
Seeya : Enak ya punya ibu kayak ibumu.
Alika : Ada enaknya, ada juga ngganya. Aku seperti dimanja.
Seeya : Ya itu berarti ibumu sayang kamu. Ya udah, aku ke bangkuku dulu ya.
Alika : Ya…
Ketika Seeya sedang asyik menulis sesuatu dalam buku hariannya, Lea cs masuk kelas.
Lea : ( berbisik ) Woi, ada mangsa tuh. Kita kerjain yuk?
Sam : Ayo…
4 sekawan itu mendekati Alika. Rhea langsung menjatuhkan bekal Alika. Seeya yang melihat kejadian itu langsung menuju meja Alika.

Seeya : ( menggubrak meja ) Cukup!!!
Lea : ( menggubrak meja ) Heh! Apa urusan loe? Ini hak gue. Mau gangguin siapa aja, itu bukan urusan loe!
Seeya : Itu emang bukan urusanku. Tapi, tolong jangan sakitin dia.
Richi : Oiya? Kata siapa? Apa ada Undang-Undang yang ngatur tentang itu?
Rhea : Emang loe siapa?
Seeya : Aku emang bukan siapa-siapa. Tapi, dia temenku. Kalian boleh benci aku, tapi tolong, jangan sakitin dia. Kalian boleh kerjain aku sampai mati. Tapi, jangan buang bekal itu!
Rhea : Oh… jadi gitu?
Rhea menampar Seeya. Richi, Sam, dan Lea terkejut melihatnya. Sementara itu Alika langsung mendekati Seeya.

Alika : ( menunjukan jari ke muka Lea cs ) Hey, kalian kejam banget sih?
Rhea : ( menyingkirkan tangan Alika ) Kejam ?!
Seeyapun melepaskan pegangan Alika dan berlari keluar kelas sambil menangis. Dan Alika mengejar Seeya. Lea cs tertawa terbahak bahak.
Lea : Hebat banget loe. Bisa bikin si jutek nangis.
Sam : Asyik juga ya…
Rhea : Hebat kan gue?
Richi : ( memandang meja Seeya )
Sam : Richi lagi ngapain sih?
Richi : Ngga apa-apa.
Rhea, Sam, dan Leapun kembali ke bangku Rhea. Richi tidak ikut bersama mereka. Ia masih penasaran apa yang ada di meja Seeya. Iapun mendekat ke meja Seeya. Richi mengambil buku harian Seeya. Halaman demi halaman telah ia baca. Richi menyadari bahwa perbuatannya dan teman-temannya itu salah. Ia mengira bahwa Seeya sombong dan menyebalkan. Tapi, ternyata Seeya melakukan ini semua karena Seeya kesepian.
Richi : ( kaget ) Ya ampun! Ternyata aku telah salah menilai Seeya. Seeya melakukan ini semua karena ia kesepian. Gue harus ngomong sama yang lain.
Richi segera ke bangku Rhea. Lea dan yang lain sedang bermain-main. Richi langsung bercerita.
Richi : Eh, gue mau ngomong sesuatu nih…
Lea : Entar aja deh. Lagi sibuk.
Richi : Ini penting banget.
Rhea : ( Menghampiri Richi ) ya udah. Buruan!
Richi : Ternyata Seeya tak sejelek yang kita kira. Dia cuma ingin jadi temen kita.
Sam : Jadi kamu belain dia?
Richi : Ya ngga lah. Kalau kalian ngga percaya baca ini! ( memberikan buku harian Seeya )
Rhea, Lea, dan Tom terkejut setelah membaca isi buku itu. Mereka benar-benar tak menyangka mereka setega itu pada Seeya. Padahal Seeya hanya ingin jadi teman mereka. Merekapun memutuskan untuk mencari Seeya besok di sekolah.
***
Di sekolah mereka tidak melihat Seeya. Rhea bertanya pada Alika.
Rhea : Al, mana Seeya?
Alika : Dia ngga masuk sekolah karena kecelakaan. Aku dapat surat izin dari dokter, ia ngga masuk 3 hari, karena dalam masa pemulihan.
Lea : Ya ampun!!!
Alika : Emang kenapa?
Sam : Kita mau minta maaf sama dia. Selama ini kita udah salah sama dia.
Alika : Oh… gini aja. Tiga hari ke depan, hari saat Seeya masuk adalah hari ulang tahunnya. Kita buat surprise aja. Sebagai tanda minta maaf kalian.
Lea : Ide bagus tuh… boleh… ya ngga Guyz??
Lea cs : Otomatis !!!
* * *

Tiga hari kemudian, tepat sekali. Seeya sudah masuk sekolah. Ia berharap tidak ada kejadian aneh lagi yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Saat membuka pintu, ia sangat terkejut. Semua teman-temannya, termasuk Lea cs menyanyikan lagu Happy Birthday untuknya.
semua : Happy birthday!
Seeya : Kalian?
Lea : Udah ngga usah bingung.
Rhea : Kita semua mau minta maaf sama loe. Kita udah salah menilai loe.
Seeya : Ngga apa-apa kok.
Sam : Kamu mau maafin kita?
Seeya : ( menganggukkan kepala)
Richi : Wah,, baiknya.
Rhea : (memegang bahu Seeya ) kita mau jadi temen loe.
Seeya : Beneran?
Rhea : Ya iya lah…
Seeya : Ya udah. Mulai sekarang kita jadi sahabat aja ya. Jangan ada lagi permusuhan diantara kita. Udah ngga ada lagi jahil-jahilan satu sama lain. Janji?
Lea cs : ( menunjukkan kedua jarinya ) kami janji.
Lea : Ya ngga Guyz?
Lea cs : Otomatis!!!
Seeya : ( tertawa )
Lea cs : Horee… otomatis???
Semua : Romantis!!!
Akhirnya, mereka semua menjadi sahabat. Tidak ada lagi permusuhan, pertengkaran, tampar-tamparan, ataupun yang lainnya. Kini semuanya bersatu menjadi sahabat selamanya.

Ruwatan di Yogyakarta

Aku baru saja menginjakan kakiku di bandara Adi Sucipto setelah sekitar 1 jam berada dalam pesawat dengan perasaan takut karena pesawat yang aku tumpangi beberapa kali mengalami turbulensi. Dengan langkah berat, aku mengikuti langkah Mba Yuna yang berjalan tepat di depanku. Aku merasa asing di tempat ini, tapi apa boleh buat, sejak ayah dan ibu meninggal aku harus ikut Mba Yuna pindah ke Yogyakarta tempat suaminya bekerja.
Aku benci dengan rencana Mba Yuna untuk tidak akan kembali tinggal di Jakarta. Apalagi dengan alasan yang tidak jelas. Seharusnya dulu aku tidak merestui pernikahan Mba Yuna dengan Mas Yoga yang notabene adalah orang Yogya. Aku pasti akan merasa kehilangan semua teman-temanku, guru-guruku, dan juga sahabatku tercinta yang sudah sejak kecil bersamaku. Namanya Lyra. Aku rindu mereka semua.
Malam pertamaku di Yogya terasa sangat hampa. Angin berhembus kencang saat tiba-tiba ponselku berdering dan mengagetkan lamunanku.
“ Halo… siapa ya? ” tanyaku halus.
“ Vina, ini Lyra. Gimana hari pertamamu disitu? Enak nggak?” Tanya Lyra penasaran.
“ oh… kamu. Nggak sama sekali. Aku kesepian disini. Nggak ada kamu, teman-teman, dan tukang bakso langganan kita.”
“ kamu udah dapat sekolah baru? Kan disana banyak sekolah yang bagus. Nggak jauh beda sama Jakarta.”
“ Paling besok. Mmm… Ra, aku tidur dulu ya. Bye…” aku menutup sambungan telepon-ku dan Lyra.
Setelah mencoba memejamkan mata berkali-kali, akhirnya aku bisa tidur dengan pulas hingga tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.15. Dengan enggan aku bangkit dari tempat tidur dan mengambil air wudhu untuk solat lalu setelah itu aku bergegas mandi.
Aku teringat dengan pertanyaan Lyra tentang sekolah baruku. Kapan ya aku masuk sekolah lagi? Aku harus bertanya pada Mba Yuna sekarang juga.
“ Mba Yuna… Kapan aku sekolah lagi?” teriakku dari kamar.
“ Hari ini juga. Kemarin Mba sudah daftarin kamu ke SMP Bina Raya. Maaf baru kasih tahu sekarang.” Kata Mba yuna santai.
“ Haaaa!!! Kok mendadak gitu sih?? Tanpa bilang ke aku dulu. Aku kan belum beli seragam sama peralatan sekolah lainnya. Gimana sih…” tukasku.
“ Lihat saja di lemarimu. Sudah ada seragam OSIS kan? Nah, kamu pakai itu sekarang. Terus turun buat sarapan bareng Mba Yuna sama Mas Yoga. Jangan lama-lama ya, Na.”
Aku merasa aneh dengan seragam ini. Padahal warnanya sama seperti punyaku yaitu putih dan biru. Bahannya-pun nyaris sama. Hanya nama lokasi sekolah dan logo di dasi yang berbeda. Sangat berbeda.
Dengan malas aku mengambil nasi dan lauk lalu memasukkannya sedikit demi sedikit ke dalam mulutku. Walalupun mataku tidak menatap muka Mba Yuna dan Mas Yoga, tapi aku tahu mereka sedang mentertawakanku. Apakah ada yang aneh atau salah denganku?
“ Na, nanti kamu berangkat sama Mas Yoga ya. Sekalian mas ditunjukin mana kelasmu. Ya, nduk.” Kata Mas Yoga.
Aku hanya menganggukkan kepala tanpa berkata sedikitpun. Aku memilih untuk masuk ke mobil mendahului Mas Yoga. Baru kemudian Mas Yoga menyusulku masuk ke mobil. Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam sambil sesekali menengok ke jalanan yang ramai oleh kendaraan. Sama seperti di Jakarta. Ah, aku jadi rindu sama Jakarta.
Akhirnya sampai juga di SMP Bina Raya. Lama aku di mobil hanya untuk memandangi setiap sudut sekolah yang terjangkau oleh mataku. Katanya sih ini sekolah bagus, tapi tak ada yang lebih bagus dari sekolah lamaku. Mas Yoga mengetuk jendela mobil dan mengagetkanku. Enggan bagiku untuk keluar dari mobil. Tapi apa daya pintu mobil sudah terbuka dan Mas Yoga sudah meninggalkanku. Aku hanya diberi tahu untuk masuk ke ruang kepala sekolah oleh Mas Yoga.
Seperti kata Mas Yoga, pertama aku masuk ke ruang kepala sekolah untuk bertanya dimana kelasku. Lalu aku diantar oleh kepala sekolah ke kelas, kalau tidak salah dengar kelas IX D.
Saat aku masuk kelas, semua anak langsung diam dan langsung mengalihkan pandangannya kepadaku. Tuhan, tolong aku…ratapku dalam hati. Aku diberi kesempatan untuk memperkenalkan diriku. Banyak anak yang bertanya padaku tapi aku tidak tahu sama sekali apa yang mereka katakan. Karena mereka bertanya dengan bahasa jawa. Akupun hanya diam saja dan langsung duduk.
Sial. Hari ini adalah pelajaran bahasa jawa. Padahal aku tidak tahu sama sekali tentang bahasa jawa. Yang aku tahu hanya kata ‘durung’, ‘wengi’, dan ‘uwis’. Karena itu kata yang sering diucapkan Mas Yoga.
“ Vina, kamu nda tahu ya tentang boso jowo?” tanya Sarti teman sebangku-ku.
“ Iya. Aku kan bukan orang Yogya. Aku lahir dan besar di Jakarta.” Jawabku dengan sedikit grogi.
“ ya sudah. Ora opo-opo.” Sarti hanya tersenyum.
Untunglah bel istirahat segera berbunyi. Aku jadi segera terbebas dari pelajaran yang memusingkan itu. Sejak obrolan tadi, aku dan Sarti jadi semakin akrab. Sedikit demi sedikit aku bisa melupakan Lyra. Hingga tak terasa sudah 2 minggu aku bersekolah di SMP Bina Raya.
Seperti biasa saat istirahat aku dan Sarti selalu makan bakso. Sarti bercerita kalau sekitar sebulan yag lalu juga ada anak baru dari Jakarta. Namanya Yeni. Aku memang punya teman bernama Yeni di Yogya tapi sepertinya itu bukan Yeni temanku.
Saat sedang asyik mengobrol, ada seorang perempuan yang tiba-tiba menghampiri meja kami. Ternyata dia adalah Yeni, teman Sarti dan aku terkejut saat melihat wajah Yeni karena dia adalah temanku.
“ Yeni… apa kabar?” sapaku ramah.
“ Lho, kamu sekolah disini juga? Nggak nyangka bisa ketemu lagi, ya.” Jawab Yeni. Dia menjabat tanganku erat.
“ wis wis, salamannya nanti saja. Ono opo, Yen?” tangan Sarti memisahkan tanganku dan tangan Yeni.
“ oh ya… mmm, Ti besok malam minggu kamu datang ke rumahku ya.” Kata Yeni.
“ memang ada apa?”
“ keponakanku mau diruwat. Kamu sama Vina datang ya…” lalu Yeni meninggalkan kami.
Ruwatan. Apa itu ruwatan? Aku tak tahu sama sekali. Pertanyaan itu memenuhi otakku. Sepertinya aku lebih memilih tidak ikut menghadiri acara tu karena aku takut aku hanya akan jadi penghalang saja. Karena aku tak tahu sama sekali tentang ruwatan. Tapi, akan aku pikirkan sekali lagi.

Hari sabtu malam.
Aku bingung memutuskan apakah aku akan ikut ke tempat Yeni bersama Sarti atau tidak. Di sisi lain aku ingin ikut tapi ada sesuatu yang menghalangiku. Namun, akhirnya aku memutuskan untuk ikut Sarti melihat upacara ruwatan. Aku segera berganti baju dan menemui Sarti.
“ ayo, Ti. Kita naik mobil Mas Yoga saja ya. Nanti kita terlambat.” Ajakku.
Tak lama kemudian kami tiba di rumah Yeni. Banyak orang yang sudah berkumpul disitu. Ada sebuah panggung besar dan terdapat wayang yang ditancapkan di pelepah pisang. Yeni langsung menemui kami dan mengajak kami duduk. Acarapun dimulai.
Aku masih tak tahu apa itu ruwatan. Akupun bertanya pada Sarti.
“ Ti, ruwatan itu apa sih?” tanyaku heran.
“ kamu belum tahu? Ruwatan itu adalah sebuah acara adat yang fungsinya membuat bersih jiwa dan raga supaya hidupnya tentram dan luput dari bahaya.” Terang Sarti. namun aku masih belum puas dengan jawabannya.
“ lalu, apa hubungannya sama acara wayang itu?”
“ oh wayang itu. Wayang itu nanti akan menceritakan tentang pertarungan Batharakala melawan Murwakala sebagai lakon. Anak yang diruwat adalah anak sukerta. Yaitu anak yang menjadi mangsa Batharakala. Yang termasuk anak sukerta seperti ‘uger-uger lawang’ yaitu anak 2 laki-laki semua, seperti keponakan Yeni itu.”
Aku terdiam sejenak. Aku mengerti sekarang apa yang dimaksud ruwatan. Tapi, aku sedikit bingung tentang fungsi ruwatan. Bukannya jika ingin membersihkan jiwa dan raga harus pada Tuhan? Aku bertanya sekali lagi pada Sarti.
“ Ti, kalau mau membersihkan jiwa dan raga harus berdoa pada Tuhan, kan? Bukannya mengadakan acara ruwatan seperti ini?” tanyau dengan hati-hati. Agar Sarti tak tersinggung.
“ memang benar. Lagipula ini hanya kepercayaan wong jawa. Ini juga sudah menjadi tradisi turun temurun dari dulu. Jadi, sulit untuk menghapusnya. Biarkan ini menjadi ciri khas daerah wong jawa. Kita ora bisa melarang.”
Betul kata Sarti. ini sudah merupakan tradisi orang jawa. Tak bisa seenaknya dihapus. Ini juga akan menjadi ciri khas tersendiri. Ruwatan juga merupakan budaya bangsa yang wajib dilestarikan. Kamipun melanjutkan menonton wayang hingga selesai. Aku tak salah mengambil keputusan. Aku jadi tahu tentang ruwatan. Jika saja aku tak ikut Sarti, aku tak akan tahu apa itu ruwatan.

My Dream

When...
When you come here...
Where...
Where you can hear...
Why...
Why this feel must be there...

You are my dream in every night...
You are always there...
Beside me...
I hope and I think it’ll be real...

But now I know...
You have gone from here...
And I’m alone...
I can’t believe this love....

Everytime I look behind...
Your shadow looks like follow me...
And I know this have been over...
But you must know one thing...

I still here waiting for you...



Eigha... my sweetest memories when I still with them... a lot of memories was there in our class... laughed, cried, smiled, everything we have done... though... sometimes I ever felt lonely there... but, I felt that I meaned there...love you all...

Saturday, January 16, 2010

Cinta Itu....

Cinta tak akan habis untuk diceritakan... Cinta tak akan selesai untuk didendangkan... Cinta tak akan tuntas untuk disyairkan... Cinta akan selalu berputar-putar di satu tempat yang semua... Namun jangan pernah berpikir bahwa setiap cerita, lagu atau syair... Yang diangkat bertemakan cinta selalu dalam kebahagian ataupun keceriaan... Justru itulah yang melebih-lebihkan kekuasaan cinta...

Pada dasarnya cinta itu sebuah kesedihan... Hanya ada beberapa titik yang menunjukkan keceriaan... Janganlah berpikir bahkan berharap terlalu jauh pada cinta... Dia hanya memberimu sesaat dan selanjutnya akan terus dan terus memburumu... Jangan pernah menganggap cinta adalah sesuatu yang nyata... Karena sesungguhnya cinta yang nyata adalah cinta yang tak ada artinya...

Cinta tak pernah bisa dilukiskan dengan apapun... Karena cinta itu hanya sesuatu yang semu... Apakah detik ini kamu tahu apa itu cinta?

Cinta adalah sebuah sesuatu yang fana, begitu menurut seorang pengelana
Adalah sebuah aktivitas batin yang bergejolak, kata seorang filsafah
Yaitu keadaan emosi yang meledak-ledak, yang merubah jiwa secara drastis
Ada pula yang mengartikan cinta sebagai relasi dua kutub berbeda yang saling menarik

Apapun itu cinta... Siapapun dia... Bagaimana, kapan dan mengapa cinta itu... Hanya hatimu yang mengerti... Biarkan hatimu melihat dengan matanya sendiri...

Amarah yang Bergejolak

Kenapa kita harus bersama
Kalau akhirnya kaupun pergi
Kenapa kita harus bersua
Bila akhirnya kau kan jauh

Kenapa kau tak pergi saja
Dan tak usah kau kembali
Kenapa tidak kau mati saja
Agar selamanya aku tak bisa bertemu dirimu
Atau kalau tidak...
Tak usah kau temui aku saja
Dan biarkan saja aku yang pergi

Mengenalmu sungguh menyenangkan
Tapi juga menyakitkan
Ini terlalu buruk untuk menjadi kenangan
Tapi juga terlalu buruk untuk jadi mimpi buruk

Apa yang harus ku lakukan?
Apa yang harus kuperbuat?
Untuk mengembalikan semuanya
Dentangan lonceng di unjung amarahku
Tak hanya buat aku sadar tapi juga mengerti
Kau tak akan mungkin kembali lagi...

Dalam Kehidupan Mereka

semua tlah berlalu
tapi tak jua mati
mereka tlah malu
meski tak punya hati

semuanya bungkam
tak ada penjelasan
kasih yang digenggam
berujung keputus asaan

kebohongan...
mereka telah menipunya
pengkhianatan...
mereka telah menghasutnya

apa yang mereka cari
hanya kesenangan tak berarti
demi jati diri
mereka rela lukai diri sendiri...

Purwokerto, 11 Maret 2009

Friday, January 15, 2010

Penyesalanku

Kusadari ini saat kini kau tak lagi ada
Kusadari saat kini kau dengannya
Betapa berartinya engkau bagiku
Dalam setiap nafas yang ku hembuskan

Menyesal aku menyesal
Saat dulu ku lupakanmu
Menyesal aku menyesal
Saat dulu ku abaikan kehadiranmu

Mengapa kau menghilang
Melebur dalam kerinduanku
Jujur ku tak bisa lupakanmu
Meski ku tahu kau telah lupakanku

Cerita Duka Lamaku

Sejak saat itu…
Sejak kita dipertemukan
Hanya gelak tawa ringan yang ingin terlontar
Dalam hati kubertanya
Dalam angan kuberpikir
Apakah hidup tengah mencoba mempermainkan hidupku?

Hari-hari kulewati bersamanya
Setiap sudut kita langkahi
Namun tetap seperti awal berjumpa
Hampa yang hanya kurasa

Tawaku dan tawanya sama sekali tak terbias
Bahkan mungkin senyum-pun enggan
Hanya kepura-puraanlah yang selalu terpampang
Dan hanya topeng yang membungkus muka kami
Bukan diri kami sebenarnya…

Jujur aku muak dengan semua ini
Aku ingin lepas dari sandiwara ini
Aku ingin keluar dari peran utamaku
Aku hanya ingin menjadi figuran di sebuah lelucon ini

Tapi putus asa kini telah mengepungku
Memberontakpun aku tak kuasa
Tapi apa yang kulihat?
Hanya dia yang kini tengah tertawa
Tak pernah sekalipun mencoba mengulurkan tangan

Seharusnya dari awal aku tahu
Bahwa sebenarnya dia itu bukanlah apa-apa
Hanya benalu yang singgah sementara
Untuk sekadar melepas lelahnya

Tapi mengapa aku menjaga bahkan merawatnya?
Karena aku yakin dia bersahabat
Karena aku rasa dialah yang terbaik
Cuma itu yang bisa ku jawab
Tak ada alasan lainnya

Ini adalah kesekian kalinya aku melakukan kesalahan
Kesalahan kecil namun teramat menyakitkan
Tak tahu aku yang bodoh atau mereka-lah yang lihai menguasaiku

Oh Tuhan…
Mengapa hidupku selalu dirundu duka?
Aku akui aku kalah dalam cerita ini!
Dan aku akui peranku telah selesai kini!
Akupun mengakui aku sangat menghayati peran ini hingga aku terbawa kedalamnya!
Bahkan aku terang mengakui aku akan pergi setelah ini!
Tapi aku hingga kini enggan mengakui dia!
Sampai aku menutup mata-pun aku enggan mengakuinya!
Dia-lah yang menghancurkan hidupku, anganku, harapanku, semuanya!

Tuhan…
Mengapa aku lemah dalam kondisi seperti ini
Dalam keseharianku aku tak pernah merasa selemah ini
Apa lagi dihadapannya…

Tak apa jika aku tersakiti
Tak apa pula jika aku terkhianati
Namun aku tak terima jika aku kalah karenanya

Tuhan…
Buanglah dia jauh-jauh dari hadapanku!
Hapuskan namanya dariku
Lebih baik aku berusaha mengalahkan rinduku daripada harus mengalahkannya
Jujur aku muak padanya dan semuanya!

Wednesday, January 13, 2010

Ada yang Tahu???

seberapa tahukah kalian tentang kehidupan kalian sendiri?? beberapa orang yang sudah ditanya seperti ini menjawab tidak tahu... ya wajar saja jika mereka tidak tahu... karena mereka memang tidak pernah puas dengan kehidupan mereka... selalu dan selalu ingin untuk menjadikan kehidupan mereka itu patut dicontoh... padahal itu salah besar... membangun tatanan sebuah kehidupan itu tidak perlu melihat kesana kemari... yakin saja pada diri sendiri... itu kuncinya... menjalani sebuah kehidupan dengan antusiasme itu baik... tapi jangan jadikan sebagai acuan...

Demi Dirimu

By: Indhira Ayu P.

Intro: Dm A Dm G

Dm G

Berulang kali sudah kau sakitiku

Dm G

Berkali-kali engkau abaikan cintaku

Dm G

Apakah salahku hingga kau bagitu

C Am Em G

Namun mengapa ku masih merasa sayang padamu

C Am

Rasa ini kan slalu ada di hati

Dm G

Perih ini kan tersimpan rapi

C Am

Walau entah bagaimana nanti

Dm G

Tapi ku bertahan semua demi ini

C

Demi dirimu…

F G A Bm

Em F

Entah sampai kapan ku bisa bertahan

Em F C

Melihat dirimu selalu bersamanya

E A 2x C#m B Cm Dm D# F A#

Back to reff 2x

my life is my style

Bukan karena aku cinta... bukan karena aku sayang... tapi karena aku merasa aku harus bisa mengubah sifatnya yang sungguh berubah... setelah selama kurang lebih 3 tahun kita nggak bersama... bukan dalam ikatan cinta, tapi ikatan sahabat... entah apa salah dan dosaku... namun hingga kini dia belum mau atau mungkin takkan mau bertatap muka atau berbicara denganku... nada bicaranya yang menggertak itu hanya aku dengar jika dia sedang berbicara tentang aku... seingatku aku tak pernah melakukan satupun kesalahan yang menyangkut pautkan dirinya... sahabat... katakan saja apa salahku... tak apa kau memaki aku, tapi tolong jangan bersikap ketus, dingin, dan acuh padaku... aku inginkan dirimu yang dulu...

jangan mikir yang bukan bukan.. itu bukan curhatanku kok... hehe... itu adalah kutipan cerita yang lagimkau buat....