Mega yang menjelma kelabu
Nyanyikan alunan desir angin sore
Menidurkan pemimpin langit di peraduannya
Menghapus jingga yang sedari tadi dipeluknya
Angin berbisik lirih kepucuk-pucuk lembayur
Sampaikan duka dari ujung selatan
Tertatih namun pasti ia berkata
Dia enggan pulang sekarang, katanya
Aku berucap sekeras aku berbisik
Untuk apa berita itu ia sampaikan?
Dalam diam aku berpikir dan….
Sejenak aku tersadar atas apa yang dikatakannya
Keinginanku. . .
Harapanku. . .
Bahwa dia kembali telah musnah
Seketika ragaku seolah hilang
Lutut tertekuk diatas butiran pasir
Mata tertunduk mengaduh
Tak bisa lagi kubedakan mana peluh dan mana air mata
Mengalir, menetes, berbaur jadi satu
Berhilir dibawah dagu
Tak kuberanikan diri ‘tuk menatap angin
Meski kutahu dia sudah tak menatapku
Tak kuberanikan diri untuk………
Untuk meyakinkan diri bahwa tak ada harapan lagi
Aku menantikannya. . .
Aku menginginkannya. . .
Kehadirannya meski tanpa seikat senyum
Kedatangannya meski tanpa sebongkah ingatan tentangku
Bodoh . . .
Akupun tak tahu kabarnya
Bagaimana aku berharap dia pulang?
Aku tak tahu dia dimana
Bagaimana aku bisa menantinya disini?
Hidupnya, kenangannya, semua tentangnya
Terlalu menjadi obsesiku
Hingga aku lupa diri
Akan siapa aku….. dimatanya
Nyanyikan alunan desir angin sore
Menidurkan pemimpin langit di peraduannya
Menghapus jingga yang sedari tadi dipeluknya
Angin berbisik lirih kepucuk-pucuk lembayur
Sampaikan duka dari ujung selatan
Tertatih namun pasti ia berkata
Dia enggan pulang sekarang, katanya
Aku berucap sekeras aku berbisik
Untuk apa berita itu ia sampaikan?
Dalam diam aku berpikir dan….
Sejenak aku tersadar atas apa yang dikatakannya
Keinginanku. . .
Harapanku. . .
Bahwa dia kembali telah musnah
Seketika ragaku seolah hilang
Lutut tertekuk diatas butiran pasir
Mata tertunduk mengaduh
Tak bisa lagi kubedakan mana peluh dan mana air mata
Mengalir, menetes, berbaur jadi satu
Berhilir dibawah dagu
Tak kuberanikan diri ‘tuk menatap angin
Meski kutahu dia sudah tak menatapku
Tak kuberanikan diri untuk………
Untuk meyakinkan diri bahwa tak ada harapan lagi
Aku menantikannya. . .
Aku menginginkannya. . .
Kehadirannya meski tanpa seikat senyum
Kedatangannya meski tanpa sebongkah ingatan tentangku
Bodoh . . .
Akupun tak tahu kabarnya
Bagaimana aku berharap dia pulang?
Aku tak tahu dia dimana
Bagaimana aku bisa menantinya disini?
Hidupnya, kenangannya, semua tentangnya
Terlalu menjadi obsesiku
Hingga aku lupa diri
Akan siapa aku….. dimatanya




0 komentar:
Post a Comment